Selasa, 20 September 2011

interaksi simbolik


TEORI INTERAKSI SIMBOLIK
Perspektif interaksi simbolik sebenarnya berada dibawah payung perspektifyang lebih besar yang sering disebut perspektif fenomenalogis atau interpretif. Fenomenalogis sebagai suatu istilah generik untuk merujuk kepada semua pandangan ilmu sosial yang menganggap kesadaran manusia dan makna subjektifnya sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial. Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa dua pendekatan fenomenalogis adalah interaksionisme simbolik dan etnometodologi. Interaksionisme simbolik mewarisi tradisi dan posisi intelektual yang berkembang di Eropa pada abad 19. Sebagian pakar berpendapat teori interaksi simbolik khususnya dari george herbert mead, seperti teori etnometodologi dari Harold Garfinkel yang juga berpengaruh di Amerika, serta teori fenomenalogidari Alfred Schutz yang berpengaruh di Eropa, sebenarnya berada dibawah payung teori tindakan sosial yag dikemukakan filosof dan sekaligus ssiologi jerman, max weber ( 1864- 1920), meskipun weber bukan seorang interpretivis murni. Meskipun teori interaksi simbolik tidak sepenuhnya mengadopsi teori Weber namun pengaruh Weber cukup penting. Salah satu pandangan Weber yang dianggap relevan dengan pemikiran Mead, bahwa tindakan sosial bermakna jauh, berdasarkan makna subyektifnya yang diberikan individu-individu. Tindakan itu mempertimbangkan perilaku orang lain dan kerenanya diorientasikan dalam penampilan (Mulyana,2002).
Weber mendefinisikan tindakan sosial sebagai semua prilaku manusia ketika dan sejauh individu memberikan suatu makna subjektif terhadap perilaku tersebut. Bagi Weber, jelas bahwa tindakan manusia pada dasarnya bermakna, melibatkan penafsiran, berfikir, dan kesengajaan. Tindakan sosial baginya adalah tindakan yang disengaja, disengaja bagi orang lain dan bagi sang aktor sendiri, yang pikiran – pikirannya aktif menafsirkan perilaku orang lainnya, berkomunikasi satu sama lain, dan mengendalikan perilaku dirinya masing – masing sesuai dengan maksud komunikasinya. Paham ini menolak gagasan bahwa individu adalah organisme pasif yang perilakunya ditentukan oleh kekuatan – kekuatan atau struktur yang ada diluar dirinya. Oleh karena individu terus berubah maka masyarakatpun berubah melalui interaksi. Jadi interaksilah yang diangap variabel penting yang menetukan perilaku manusia, bukan struktur masyarakat.
Senada dengan asumsi diatas, dalam fenomenologi Schutz, pemahaman atas tindakan, ucapan dan interaksi merupakan persyaratan bagi eksistensi sosial siapa pun. Schutz yang pengikut Edmund Husserl namun menolak gagasan “ subjektivisme murni” gurunya tersebut menempatkan konsep  “intersubjektivitas” pada jantung teorinya, yang kemudian sangat berpengaruh.
Dalam pandangan schutz katagori pengetahuan pertama bersifat pribadi dan unik bagi setiap individu dalam interaksi tatap muka dengan orang lain. Katagori pengetahuan kedua adalah berbagi pengkhasan (typication) yang telah terbentuk dan dianut semua anggota budaya, terdiri dari mitos, pengetahuan budaya, dan akal sehat (common sense).
Akar teori interaksi simbolik
Dalam pengembangan pengetahuan, suatuteori model sering diilhami oleh teori atau model sebelumnya, meskipun teori yang muncul kemudian itu hingga derajat tertentu juga menampakkan orisinalitasnya. Dalam ilmu alam misalnya teori newton diilhami oleh rangkaian teori sebelumnya, seperti pandangan copernicus yang revolusioner, teori Galileo, pengamatan Tycho Brahe yang digarap Kepler. Begitupun dalam ilmu sosial, seperti teori interaksi simbolik. Banyak pakar setuju bahwa pemikiran George Herbert Mead, sebagai tokoh sentral teori ini, berlandaskan beberapa cabang filsapat antara lain pragmatisme dan behaviorisme.
Pragmatisme
Dirumuskan oleh John Dewey, William James, Charles Peire, dan Josiah Royce, aliran filsafat ini memiliki beberapa pandangan. Pertama, realitas yang sejati tidak pernah ada di dunia nyata, melainkan secara aktif diciptakan ketika kita bertindak di dan terhadap dunia. Kedua, kaum pragmatis juga percaya bahwa manusia mengigat dan melandaskan pengetahuan mereka tentang dunia pada apa yang terbukti berguna bagi mereka. Ketiga, mannusia mendefenisikan objek fisik dan objek sosial yang mereka temui berdasarkan kegunaannya bagi mereka, termasuk tujuan mereka. Keempat, bila kita ingin memahami orang yang melakukan tindakan (aktor), kita harus mendasarkan pengalaman itu pada apa yang sebenarnya mereka lakukan di dunia. Maka, yang terpenting untuk diamati adalah apa yang manusia lakukan dalam situasi  mereka yang sebenarnya, didalam kehidupan sehari – hari, bukan dalam laboratorium yang dibuat-buat.
Behaviorisme
Meskipun pandangan interaksi simbolik sangat berbeda dengan behaviorisme, pandangan mead dipengaruhi oleh paham tersebut. Mead setuju dengan behaviorisme dalam arti manusia harus dipahami berdasarkan apa yang mereka lakukan. Untuk membedakan dengan behaviorisme john b watson, tokoh utama behaviorisme, mead menyebut pandanganya sebagai behaviorisme sosial (social behaviorism). Menurut mead behaviorisme sosial  merujuk pada deskripsi perilaku pada tingkat yang khas manusia. Jadi, dalam pandangan behaviorisme sosial, konsep mendasarnya adalah tindakan sosial (social act), yang juga mempertimbangkan aspek tersembunyi perilaku manusia. Mead menganggap aktivitas tersembunyi ini justru yang membedakan perilaku manusia dengan hewan lebih rendah. Dapat disimpulkan bahwa mead memperluas teori behavioristik ini dengan memasukkan apa yang terjadi antara stimulus dan respons itu. Ia berhutang budi pada behaviorisme sekaligus memisahkan diri darinya, karena bagi mead manusia jauh lebih dinamis dan kreatif
Teori evolusi darwin
Teori lain yang diangap mempengaruhipandangan mead adalah teori Charles Darwin tentang evolusi.Dia sangat tekun dalam mempelajari dan mendalami pemikiran dari Charles Darwin, meskipun dia bukan termasuk darwinisme social yang mana merupakan unsur paling penting dalam perspektif ilmu sosial, tetapi Mead sangat mengagumi konsep tentang evolusi Darwin karena konsep tersebut dianggap Mead sebagai petunjuk dengan menekankan pada proses, perubahan, ketidakstabilan dan perkembangan sebagai esensi dari sebuah kehidupan social. Mead menerima prinsip Darwin bahwa organism terus menerus terlibat dalam usaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan lewat dari proses inilah karakter dari suatu organisme mengalami proses perubahan yang terus menerus atau dinamis. Pemikiran Mead tentang teori Darwin adalah bahwa pikiran atau kesadaran manusia sejalan dengan kerangka evolusi dari teori Darwin. Mead melihat bahwa pikiran manusia sebagai suatu hasil yang muncul melalui proses evolusi yang ilmiah dan pikiran tersebut akan terus berkembang sejalan dengan dinamika yang muncul serta prosedur yang telah dilewati.
Inti teori interaksi simbolik
Beberapa orang ilmuan punya andil utama sebagai perintis interaksionisme simbolik : James Mark Baldwin, William James, Charles Horton Cooley, John Dewey, William I. Thomas, dan George Herbert Mead. Akan tetapi dari semua itu, meadlah yang paling populer sebagai peletak dasar teori tersebut. Mead mengembangkan teori interaksi simbolik tahun 1920-an dan 1930-an ketika ia menjadi profesor filsafat di Universitas Chicago. Dikenal telah mengajar satu generasi ilmuan yang brilian dalam bidang mereka, mead menulis banyak artkel. Namun gagasan – gagasanna mengenai interaksi simbolik berkembang pesat setelah para mahasiswanya menerbitkan catatan – catatan dan kuliah – kuliahnya, terutama melalui buku yang menjadi rujukan utama teori interaksi simbolik, yakni mind, self and society ( 1934), yang terbit tak lama setelah mead meninggal dunia.
Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Blumer mengintegrasikan gagasan – gagasan interaksi simbolik lewat tulisannya, terutama pada tahun 1950-an dan 1960-an, diperkaya dengangagasan-gagasan dari John Dewey, William I Thomas, dan Charles H Cooley. Hal itu mereka lakukan lewat interpretasi dan penelitian – penelitian mereka untuk menerapkan konsep – konsep dalam teori mead tersebut.
Interaksi simbolik juga telah mengilhami perspektif – perspektif lain, seperti teori penjulukan (labeling theory) dalam studi tentang peyimpangan perilaku (deviance), perspektif dramaturgis dari Erving Goffman, dan etnometodologi dari Harold Garfinkel. Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Dalam pandangan yang ditegaskan blumer, proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan menegakkan aturan – aturan, bukan aturan  - aturan yang menciptakan dan menegakkan kehidupan kelompok. Menurut teori interaksi simboli, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol – simbol.
Secara ringkas interaksionisme simbolik didasarkan premis – premis berikut. Pertama, individu merespon suatu situasi simbolik. Mereka merespons lingkungan, termasuk objek fisik (benda) dan objek sosial ( perilaku manusia) berdasarkan makna yang dikandung komponen – komponen lingkunan tersebut bagi mereka. Kedua, makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Ketiga, makna yang diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahansituasi yang ditemukan dalam interaksi sosial.
George Ritzer meringkaskan teori interaksi simbolik kesalam pinsip – prinsip, sebagai berikut :
1.      Manusia, tidak seperti hewan lebih rendah, diberkahi dengan kemampuan berfikir
2.      Kemampuan berfikir itu dibentuk oleh interaksi sosial.
3.      Dalam interaksi sosial orang belajar makna dan simbol yang memungkinkan mereka menerapkan kemampuan khas mereka sebagai manusia, yakni berfikir
4.      Makna dan simbol memungkinkan orang melanjutkan tindakan (action) dan interaksi yang khas manusia.
5.      Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan interpretasi mereka atas situasi.
6.      Orang mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini karena, antara lain, kemampuan mereka berinteraksi dengan diri sendiri, yang memungkinkan mereka memeriksi tahapan – tahapan tindakan , menilai keuntungan dan kerugian relatif, dan kemudian memilih salah satunya.
7.      Pola – pola tindakan dan interaksi yang jalin – menjalin ini membentuk kelompok masyarakat.
Teori tentang “ diri” dari George Herbert Mead
Inti dari teori interaksi simbolik adalah teori tentang “ diri” (self) dari George Herbert Mead, yang juga dapat dilacak hingga ke definisi diri dari Charles H Cooley. Mead seperti juga Cooley menganggap bahwa konsepsi diri adalah suatu proses yang berasal dari interaksi sosial individu dengan orang lain.
Cooley mendefinisikan “diri” sebagai suatu yang dirujuk dalam pembicaraan biasa melalui kata ganti orang pertamatunggal, yaitu “aku” (I), “daku” ( me), “milikku” (mine), dan “dirku” (myself). Ia mengatakan bahwa segala sesuatu yang dikaitkan dengan diri menciptakan emosi yang lebih kuat daripada yang tidak dikaitkan dengan diri, bahwa diri dapat dikenal hanya melalui perasaan subjektif.
Sementara itu pandangan mead tentang diri terletak pada konsep “pengambilan peran orang lain” (taking the role of the other). Konsep mead tentang diri merupakan penjabaran “diri sosial” (social self) yang dikemukakan William James dan pengembangan dari teori Cooley tentang diri. Bagi mead dan pengikutnya, individu bersifat aktif, inovatif yang tidak saja tercipta secara sosial, namun juga menciptakan masyarakat baru yang perilakunya tidak dapat diramalkan. Dengan kata – kata Mary Jo Deegan, individu sediri yang mengontrol tindakan dan perilakunya, dan mekanisme kontrol tersebut terletak pada makna yang dikonstruksi secara sosial. Jadi sekali lagi , menurut penganut interaksionisme simbolik, perilaku manusia tidak diterministik, sebagimana yang dianut kaum positivis, perilaku adalah produk penafsiran individu atas objek disekitarnya.
Pentingnya Simbol dan Komunikasi
Mead menekankan pentingnya kkomunikasi, khususnya melalui isyarat vokal (bahasa), meskipun teorinya bersifat umum. Isyarat vokallah yang potensial menjadi seperangkat simbol yang membentuk bahasa. Simbol adalah suatu rangsangan yang mengandung makna dan nilai yang dipelajari bagi manusia, dan respons manusia terhadap simbol adalah dalam pengertian makna dan nilainya alih – alih dalam pengertian stimulasi fisik dari alat-alat indranya. Simbol disebut signifikan atau memiliki makna bila simbol itu membangkitkan pada indiividu yang menyampaikannya respons yang sama seperti yang juga akan muncul pada individu yang dituju.
Komunikasi melibatkan tidak hanya proses verbal yang berupa kata, frase atau kalimat yang diucapkan dan didengar, tetapi juga proses nonverbal. Proses nonverbal meliputi isyarat, ekspresi wajah,artefak,kontak mata, postur dan gerakan tubuh, sentuhan, pakain, diam, temporalitas, dan ciri paraliguistik. Manusia berinteraksi dengan cara berbeda. Konkretnya, menusia merespons tidak anya tindakan orang lain,  melainkan juga makna, motif dan maksud tindakan tersebut. Dengan kata lain, manusia harus mendefinisikan apa makna tindakan yang dihadapinya. Baik komunikator maupun pengamat terlebih dahulu harus mempelajari makna kata atau isyarat untuk berkomunikasi secara simbolik, sementara komunikasi secara alamiah berlngsung secara naluriah dan spontan.
Pikiran
Pengunaan bahasa atau isyarat simbolik oleh manusia dalam interaksi sosial mereka pada giirannya memunculkan pikiran (mind) dan diri (self). Hanya melalui penggunaan simbol yang signifikan, khususnya bahasa, pikiran itu muncul, semetara hewan lebih rendah tidak berfikir, karena mereka tidak berbahasa seperti bahasa manusia. Mead mendefinisikan berfikir(thinking) sebagai suatu percakapan terinternalisasikan atau implisit antara individu dengan dirinya sendiri dengan menggunakan isyarat demikian. Pikiran adalah mekanisme peunjukan diri (self-indication), untuk menunjukkan makna kepada diri sendiri dan kepada orang lain. Pikiran mengisyaratkan kapasitas dan sejauhmana manusia sadar akan diri mereka sendiri, siapa dan apa mereka, objek disekitar mereka dan makna objek tersebut bagi mereka. Mead juga melihat pkiran dengan cara yang pragmatik. Pikiran melibatkan proses berfikir yang diarahkan untuk memecahkan masalah. Dunia nyata penuhdengan problem – problem, dan fungsi pikiran adalah berusaha memecahkan problem – problem tersebut sehingga orang – orangdapat bekerja lebih efektif lagi di dunia.
Perkembangan “diri”
Sebagaimana pikiran berkembang, begitu juga diri (self), sejalan dengan sosialisasi individu dalam masyarakat. Diri merujuk pada kapasitas dan pengalaman yang memungkinkan manusia menjadi objek bagi diri mereka sendiri. Kemunculannya bergantung pada kemampuan individu untuk mengambil peran orang lain dalam lingkungan sosialnya. Perkembangan diri secara jelas dapat diamati pada anak – anak. Menurut Mead, perkembangan diri terdiri dari dua tahap umum yang ia sebut tahap permainan ( play stage) dan tahap pertandingan (game stage). Tahap permainan adalah perkembangan pengambilan peran bersifat elementer yang memungkinkan anak – anak melihat diri mereka sendiri dari perspektif orang lain yang diangap penting (significant others),khususnya orang tua mereka. Tahap pertandingan berasal dari proses pengambilan peran dan sikap orang lain secara umum ( generalized others), yaitu masyarakat umumnya.
Kritik atas teori interaksi simbolik
Teori Mead khususnya yang terkandung dalam bukunya, Mind, Self And Society, ( 1934), sangat sulit dipahami. Salah satu sebabnya, mungkin karena buku itu tidak ditulis oleh mead sendiri, melainkan oleh para mahasiswanya.selain itu faktor yang membuat teori Mead ini samar adalah pandangannya tentang perilaku manusia yang emergent, ang mau tidak mau memaksanya untuk merasa perlu menemukan keseimbangan kontinuitas perilaku hewan lebih rendah dan perilaku manusia di satu pihak dan kebaruan perilaku manusia di pihak lain.
Kritik lain adalah, seperti dikemukakan McCall dan Becker, bahwa interaksionisme simbolik terlalu menekankan aspek mikro masyarakat, interaksi tatap muka, alih – alih sifat struktural masyarakat. Suatu kritik lain datang dari Eugene Weisntein dan Judith Tanur yang menyatakan bahwa hanya karena isi kesadaran bersifat kualitatif, tidak berarti ekspresi luarnya tidak dapat di kode,diklasifikasikan, atau bahkan dihitung.
Contoh dari interaksi simbolik
Sebagai contoh dari interaksi simbolik yang terjadi di dalam masyarakat yaitu ketika kita bertannya kepada seseorang tentang suatu tempat yang akan kita kunjungi, maka orang tersebut akan memberitahukan arah yang harus kita tuju, baik secara verbal maupun secara nonverbal. Contoh secara verbal yaitu orang tersebut akan mengatakan kita harus menuju ke rah timur. Artinya arah timur yang dimaksud oleh orang yang meemberi stimulus tersebut dengan kita yang merespons memiliki citra yang sama yaitu arah terbitnya matahari. Selanjutnya contoh secara nonverbal yaitu orang tersebut selain mengatakan ke arah timur juga memberi tanda dengan tangannya dengan menunjuk ke arah yang dimaksud, menunjuk dengan tangan ini yang dimaksud dengan simbol komunikasi nonverbal yang fungsinya mempertegas simbol verbal tersebut.










      




Senin, 19 September 2011

pola kemitraan agribisnis


Konsep dan pola kemitraan agribisnis
Undang-undang  no 9 tahun 1995 yang berbunyi “ kerja sama antar usaha kecil dan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai dengan pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatian prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan”. Konsep tersebut di perjelas dengan peraturan pemerintah nomor 44 tahun 1997 yang menerangkan bahwa bentuk kemitraan yang ideal adalah yang saling memperkuat , saling menguntungkan , dan saling mengidupi. Tujuan kemitraan adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas sumber ddaya kelompok mitra, peningkatan skala usaha, serta menumbuhkan dan meningkatkan usaha kelompok usaha mandiri.
Brinkerhoff et al ( 1990) megatakan bahwa institusi adalah system. Kemitraan sebagai sebuah system, harus memiliki unsure- unsure sebagai berikut:
1.       Input(sumber daya), yaitu material,uang ,manusia,informasi, dan pengetahuan merupakan hal  yang didapat dari lingkungannya dan akan memiliki kontribusi pada produksi output
2.       Output, seperti produk ddan pelayanan adalah hasil dari suatu kelompok atau organisasi
3.       Teknologi , metode, dan proses dalam transpormasi input menjadi output
4.       Lingkungan yaitu keadaaan disekitar  kelompok mitra dan perusahaan mitra yang dapat mempengaruhi  jalannya kemitraan
5.       Keingian yaitu strategi , tujuan ,rencana dari pengambian keputusan
6.       Perilaku dan proses yaitu pola prilaku , hubungan antar kelompok atau organisasi dalam proses kemitraan
7.       Budaya yaitu  norma , kepercayaan ,dan nilai dalam kelompok mitra
8.       Struktur yaitu hubungan antar individu , kelompok , dan unit yang lebih besar

Hubungan bisnis dalam kemitraan
Beberapa peluang dari bisnis secara kemitraan dapat diperoleh melalui cara seagai berikut :
1.       Kerjasama pemasaran dan penampungan produk usaha secara lebih jelas,pasti dan periodic
2.       Kerja sama dalam bentuk bantuan dana, teknologi, atau sarana lain yang diberikan perusahaan besar
3.       Kerja sama untuk dapat menghindar dari proses persaigan terrhadap produk yang sama antara pengusaha kecil, menengah , atau besar
4.       Kerja sama dengan berbagi tugas antar masing – masing pengusaha sesuai dengan spesialisasi dan tugas masig-masing dalam system bisniis yang berkesinambungan

Peluang pola kemitraan usaha antara pengusaha kecil , menengah, dan besar dapat dijalankan melalui bentuk – bentuk sebagai berikut:
1.       Kontak bisnis. Dalam bentuk ini interaksi dua unit usaha relative pasif tanpa harus ada perjanjian formal yang mengikat dan bebas sanksi hokum. Contoh tukar menukar nformasi pasar,bahan baku dan teknologi
2.       Kontrak bisnis. Dua unit usaha bersifat aktif dan sudah mencirikan adanya hubungan bisnis atau transaksi dagang antar dua mitra usaha.
3.       Kerja sama bisnis. Huubungan bisnis bersifat aktif dan terdapat berbagai penanganan manajemen, baik manajemen pemasaran , keuangan, maupun produksi.contoh join operation bidang pemasaran, join venture bidang keuangan
4.       Keterkaitan bisnis. Pihak bisnis yang terlibat tetap memiliki kebebasan usaha , tetapi bersepakat untuk melakukan engineering subcontract bukan  sub kontrak yang bersifat komersial dalm roses produksi. Percobaan produksi, pelatihan , promosi

Keterkaitan bisnis kemitraan dapat dilakukan dengan pertimbangan- pertimbangan sebagai berikut:
1.       Asa saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan
2.       Sasaran usaha diarahkan pada peningkatan nilai tambah dan meningkatkan sumbangan yang lebiih besar bagi pertumbuhan produksi nasional sesuai pasal 10 UU nomor 5 tahun 1984
3.       Dimensi kemitraan usaha sector industry  yaitu hubungan vertical antara kelompok industry hulu , hilir , dan industry kecil serta hubungan horizontal antara bidang industry dengan bidang lainnya
4.       Berdasarkan kegiatan pembinaan pengusaha kecil oleh pengusaha menengah/besar yang dikenal dengan system kerja sama kemitraan usaha basar-kecil
5.       Pola hubungan bisnis yang berbentuk  subkontrk dapat berupa pembuatan bahan untuk usaha skala besar kepada para pengusaha skala kecil

Berbagai pola kemmitraan agribisnis
Bentuk- bentuk pola kemitraan  antara lain:
1.       Pola kemitraan inti plasma
Pola ini merupakan hubungan antara petani, kelompok tani , atau kelompok mitra sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra uasha. Perusahaan inti menyediakan lahan , sarana produksi , bimbingan teknis, manajemen, menampung dan mengolah , serta memasarkan hasil produksi. Sementara itu kelompok mitri bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan persyeratan yang telah ditentukan.
Keunggulan system inti-plasma
·         Tercipta saling ketergantungan dan saling memperoleh keuntungan
·         Tercipta peningkatan usaha
·         Dapat mendorong perkembangan ekonomi
Kelemahan system inti-plasma
·         Pihak plasma masih kurang memahami hak dan kewajibannya sehingga kesepakatan yang telah ditetapkan berjalan kurang lancer.contoh produk plasma sering tidak dijual ke prusahaan inti.
·         Komitmen perusahan inti masih lemah dalam memenuhi fungsi dan kewajibannya sesuai dengan kesepakatan yang diharapkan plasma.
·         Belum ada kontrak kemitraan yang menjamin hak dan kewajiban komoditas plasma sehingga terkadang perusahaan inti mempermainkan harga komoditas plasma.
Solusi
·         Pemahaman tingkat ekonomi dan skala usaha
·         Kesepakatan atau perjanjian
·         Kemampuan investasi perusahaan inti


2.       Pola kemitraan subkontrak
Keunggulan
Pola subkontrak ditandai dengan adanya kesepakatan tentang kontrak bersama ang mencakup,volume, harga , mutu, dan waktu.
Kelemahan
·         Hubungan subkontrak yang terjalin semakin lama semakin mengisolasi produsen kecil dan mengarah ke monopoli atau monopsoni terutama dalam penyediaan bahan baku serta dalam hal pemasaran
·         Berkurangnya nilai-nilai kemitraan kedua belah piahak
·         Control kualitas produk ketat tapi tidak diimbangi dengan system pembayaran yang tepat
Solusi
·         Asosiasi kelompok mitra yang terdiri dari beberapa usaha kecil perlu dikembangkan
·         Komponen – komponen kemitraan seperti pengembangan SDM, inovasi teknologi,manajemen, dan permodalan harus diperthatikan
·         Menumbuhkan rasa saling percaya antara perusahaan mitra dengan kelompok mitra dan sesame anggota kolompok mitra

3.       Pola kemitraan dagang umum

Keunggulan
Kelompok mitra atau koperasi tani berperansebagai pemasok kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra. Sementara itu perusahaan mitra memasarkan produk mitra ke konsumen. Kondisi tersebut menguntungkan kelompok mitra karena tidak perlu bersusah payah memasarkan hasil produknya sampai ke tangan konsumen
Kelemahan
·         Dalam praktiknya , harga dan volume produknya sering ditentukan sepihak oleh pengusaha mitra sehingga merugikan pihak kelompok mitra
·         System perdagangan sering kali ditemukan berubah menjadi bentuk konsiyansi.
Solusi
Perlunya peningkatan komitmen perusahaan besar untuk menerapkan prinsip-prinsip bermitra usaha
Mengembangkan asosiasi kelompok mitra, contoh gapoktan

4.        pola kemitraan keagenan
keunggulan
pola ini memungkinkan dilaksanakan oleh para pengusaha kecil ang urang kuat modalnya karena biasanya menggunakan system mirip konsinyasi
kelemahan
·         Usah kecil mitra menetapkan harga produk secara sepihak sehingga harga menjad tinggi di tingkat konsumen
·         Usaha kecil sering memasarkan produk dari beberapa mitra usaha saja sehingga kurang mampu membaca segmen pasar dan tidak memenuhi target
Solusi
Perlunya peningkatan profesionalisme, kepiawaian dalam mencari pelangganserta memberikan pelayanan yang memuaskan kepada konsumen

5.       pola kemitraan kerja sama operasional agribisnis (KOA)
keungulan pola koa ini sama dengan keunggulan system inti-plasma. Pola ini banyak ditemukan pada masyarakat pedesaan antara usaha kecil di desa dengan usaha rumah tangga dalam bentuk bagi hasil
kelemahan
·         pengambilan untung olaeh perusahaan mitra yang menangani aspek pemasaran dan pengolaan produk terlalu besar sehingga dirasakan kurang adil oleh kelompok usaha kecil mitranya
·         perusahaan mitra cenderung monopsoni sehingga memperkecil keuntungan yang diperoleh perusahaan kecil mitranya
·         belum ada pihak ketiga yang berperan efektif dalam memecahkan permasalahan diatas
solusi
penyelesaian humanistis dan kekeluargaan

strategi pengembangan kemitraan  agribisnis masa depan
dampak positif
1.       adanya keterpaduaan dalam system pembinaan yang saling mengisi antara materi pembinaan dengan kebutuhan riil petani. Kondisi pembinaan yang yang dapat menimbulkan dampak positif seperti.
·         Kepastian pemasaran
·         Komoditas yang bernilai tinggi
·         Budidaya yang berpedoman pada dasar ketepatan waktu, kontinuitas, volume, dan mutu serta ketepatan ukuran, warna dan rasa
·         Kerja sama yang serasi antara pelaku agribisnis hulu dan hilir
·         Pegembagan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan riil
2.       Adanya kejelasan aturan dan kesepakatan  sehingga menumbuhkan kepercayaan dalam hubungan kemitraan bisnis yang aada
3.       Adanya keterkaitan antar pelaku dalam system agribisnis (hulu-hilir) yang mempunyaii komitmen terhadap kesinambungan bisnis
Dalam keadaan bisnis yag bekesinambungan kedua belah pihak mmengalami beberapa hal-hal positif antara lain:
·         Kesinambungan informasi baik di tinggkat hulu maupun hilir. Informasi di tingkat hulu misalnya teknologi dan sarana yang sesuai untuk menghasilkan  produk yang berkualitas. Informasi di tingkat hilir misalnya informasi tentang kebutuhan konsumen dan kualitas produk yag dibutuhkan pasar



Minggu, 18 September 2011

sistem sosial dan ekologi


Hubungan yang saling mempengaruhi antara sistem sosial dengan sistem ekologi
          Contoh sistem sosial yang mempengaruhi sistem ekologi adalah teknologi. Kebutuhan manusia yang selalu meningkat seiring dengan kemajuan teknologi yang membutuhkan kemajuan manusia dalam berfikir. Dengan semakin majunya teknologi terkadang manusia melupakan dampak negatif yang ditimbulkan oleh teknologi tersebut terhadap lingkungan. Kerusakan yang ditimbulkan seringkali merusak kelangsungan dari ekosistem dan makhluk didalamnya yang dikarenakan seperti pencemaran lingkungan serta pemanfaatan dan pengerukan sumberdaya alam yang berlebihan sehingga merusak keseimbangan ekosistem. Walaupun sebenarnya kemajuan teknologi sangat diperlukan manusia di era kemajuan sekarang, namun hendaknya tetap memperhatikan kelangsungan ekosistemdari lingkungan sekitar. Karena ketika terjadi kerusakan pada sebuah ekosistem, maka dapat menyebabkan suatu organisme yang ada dilingkungan tersebut tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, akan dapat meusak kelangsungan rantai makanan dan dapat berakibat dalam jangka panjang  terhadap kepunahan suatu kelangsungan ekosistem. Sebagai  contoh pembangunan kawasan industri yang semakin banyak akan dapat mengakibatkan pencemaran pada udara, air, dan tanah.
          Selain teknologi masih ada lagi contoh kerusakan ekosistem akibat sistem sosial, seperti kelembagaan dalam pemerintah juga sangat mempengaruhi terjadinya kerusakan lingkungan. Perizinan yang sangat mudah diberikan oleh lembaga pemerintah kepada perusahaan-perusahaan akan berdampak pada kerusakan lingkungan, sebagai contoh perizinan terhadap perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan hasil hutan, izin penebangan hutan diberikan kepada perusahaan tanpa melakukan kontrol yang ketat ( misalnya, mana yang boleh ditebang dan mana yang tidak boleh, serta batas wilayah yang diizinkan). Selain itu perusahaan tidak melakukan penanaman kembali terhadap kawasan yang sudah ditebang. Dapat diperkirakan akibat yang timbul dari izin tersebut menyebabkan terjadinya banjir, tanah longsor, atau berkurangnya populasi binatang yang dilindungi. Kejadian ini terjadi di beberapa daerah dan banyak menelan korban jiwa, rumah dan peralatan hancur serta tanaman dan hewan yang mati.
          Kedua sistem diatas sangat mempengaruhi stu sama lainnya. Selain itu perubahan yang terjadi dalam suatu sistem juga akan berdampak terhadap sistem itu sendiri. Seperti kita lihat diatas bahwa kerusakan yang ditimbulkan akibat penebangan hutan bukan saja berdampak terhadap lingkungan alam tetapi juga berdampak pada sosial masyarakat itu sendiri.
Hubungan yang saling mempengaruhi antara sistem ekologi dengan sistem sosial 
          Contoh sistem ekologi yang mempengaruhi sistem sosial adalah perubahan iklim. Kenaikan suhu merupakan bentuk dari perubahan iklim yang dapat mengganggu sistem sosial. Kenaikan suhu permukaa bumi sebesar satu derajat akan menaikka permukaan air laut setinggi 15 centimeter, yang akan menenggelamkan jutaan rumah dan pesisir. Penguapan akan meningkat sehingga menimbulkan kekeringan. Kekeringan menyebabkan gagal panen yang mengakibatkan kelaparan dimana – mana. Selain dampak tersebut masih ada dampak- dampak lainnya seperti perubahan kehidupan sosial-budaya dalam suatu masyarakat antara lain :   
  1. Bagi petani tidak ekonomisnya pertanian akan menyebabkan alih fungsi lahan dan bergantinya cara produksi.
  2.  Bagi nelayan tidak melaut berarti tidak makan, seiring meningkatnya intensitas badai.
  3.  Budaya yang lahir akibat interaksi manusia dengan alam akan tercabut, seperti contoh masyaarakat tuvalu yang tercabut dari peradabannya akibat daerah merekaa tenggelam.
  4.  Daerah-daerah tertentu akan enjadi padat dan sesak karena terjadi arus pengungsian.

cabe, tanaman hortikultura

 Tanaman Cabe
PENDAHULUAN
Cabai (Capsicum Annum var longum) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia, Karena buahnya selain dijadikan sayuran atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani, sebagai bahan baku industri, memiliki peluang eksport, membuka kesempatan kerja serta sebagai sumber vitamin C. Luas tanaman dan produksi cabe di Irian Jaya pada tahun 1998 adalah 4.104 ha dengan produksi 8.565 ton/ ha.

SYARAT TUMBUH
1. Tanah
- Tanah berstruktur remah/ gembur dan kaya akan bahan organik.
- Derajat keasaman (PH) tanah antara 5,5 - 7,0
- Tanah tidak becek/ ada genangan air
- Lahan pertanaman terbuka atau tidak ada naungan.
2. Iklim
- Curah hujan 1500-2500 mm pertahun dengan distribusi merata.
- Suhu udara 16° - 32 ° C
- Saat pembungaan sampai dengan saat pemasakan buah, keadaan sinar atahari cukup (10 - 12 jam).

TEKNIK BUDIDAYA
1. Persemaian
- Kebutuhan benih setiap hektar pertanaman adalah 150 - 300 gram dengan daya
tumbuh lebih dari 90 %.
- Siapkan media semai dari tanah, pasir dan pupuk kandang dengan erbandingan 1:1 yang dibuat bedengan setinggi ± 20 cm, lebar ± 1 m dan anjang 3-5 m serta diberi naungan dari jerami atau alang-alang/ daun kelapa.
- Sebar benih secara merata atau ditebar dalam garikan dengan jarak antar aritan 5 cm dan ditutup tanah tipis-tipis lalu disiram. Pertahankan kelembaban anah tetap baik agar biji cepat tumbuh
- Setelah bibit berumur 10 hari, maka dilakukan pengkokeran untuk memudahkan menanaman dan mencegah kematian pada waktu tanaman dipindahkan. Sebagai oker dapat digunakan daun pisang , daun kelapa atau kantong plastik. Bibit ang telah dikoker ditempatkan dibawah naungan persemaian.
- Sekitar lima hari sebelum bibit dipindahkan naungan pada persemaian dibuka
atau dikurangi supaya bibit terbiasa kena sinar matahari.

2. Pengolahan Tanah
- Satu minggu sebelum tanam lahan sudah siap, meliputi mencangkul/ bajak dan pembuatan bedengan.
- Ukuran bedengan tinggi ± 30 cm, lebar 1-1,5 m dan panjang sesuai kebutuhan letakan dengan j arak antar bedengan + 30 cm.
- Berikan pupuk kandang dengan dosis 20-30 ton/ ha.
- Bila dipergunakan mulsa dari plastik dapat dipasang setelah dilakukan pemupukan pupuk kandang den bile dipergunakan mulsa dari limbah tanaman seperti dang-slang den sisa-sisa tanaman dapat diberikan setelah penanaman bibit.

3. Penanaman
- Bibit dapat dipindahkan pada umur 28-35 hari setelah semai dengan daun 5 - 7 helai.
- Pilih bibit yang tinggi den besarnya seragam. Tanam bibit dengan posisi tegak dan tekan sedikit tanah disekeliling batang tanaman.
- Siram tanaman secukupnya setelah tanam den penyiraman berikutnya dilakukan2 hari sekali bila tidak ada hujan.

4. Pemupukan
- Diberikan dengan dosis den aplikasi sebagai berikut:
- Pupuk kandang 20 ton / ha.
- Aplikasi seminggu sebelum tanam.
- Urea 150 kg/ ha, umur 3,6,9 minggu setelah tanam dengan dosis 1/3 setiap aplikasi.
- ZA 400 kg/ ha. Umur 3,6,9 minggu setelah tanam dengan dosis 1/3 setiap aplikasi.
- TSP - 36 : 150 kg/ ha, aplikasi seminggu sebelum tanam.
- KCL :100 kg/ ha, umur 3,6,9 minggu setelah tanam dengan dosis 1/3 setiap aplikasi.
- Untuk lebih meningkatkan hasil dapat diberikan pupuk pelengkap cair Tress dengan dosis 500 1/ ha, pada umur 20 hari setelah tanam. Umur 30 hari setelah tanam 500 liter /ha. Umur 40 hari setelah tanam 500 liter /ha dan 50 hari setelah tanam 500 liter /ha.

5. Pemeliharaan
- Lakukan penyulaman bile ads tanaman yang mati pads pagi/ sore hari.
- Pemasangan ajir dapat dilakukan pada saat penanaman atau setelah tanaman setinggi 30 s/d 50 cm dan langsung diikat, panjang ajir + 1,5 m.
- Siangi pertanaman sebelum dilakukan pemupukan bila terdapat gulma.

6. Pengendalian Hama dan Penyakit
- Hama dan penyakit yang wereng menyerang tanaman cabe adalah hama kutu, daun persik, ulat, grayak, hama trips, penyakit busuk buah, bercak daun dan busuk batang. Pengendaliannya hama dapat dilakukan dengan Penyemprotan pestisida alamai ( Lihat artikel tentang pestisida alami )

7. Panen
- Panenlah cabe, bila cabe warna buahnya lebih dari 60 % (Warna buah masih belang hitam).
- Pemanenan dapat dilakukan setiap 3-5 hari sekali secara terus menerus sampai tanaman tidak menghasilkan
- Sewaktu panen sertakan tangkai buahnya, lakukan secara selektif dan hati - hati agar bunga, buah agar batang tidak rontok/ rusak.