Selasa, 20 September 2011

interaksi simbolik


TEORI INTERAKSI SIMBOLIK
Perspektif interaksi simbolik sebenarnya berada dibawah payung perspektifyang lebih besar yang sering disebut perspektif fenomenalogis atau interpretif. Fenomenalogis sebagai suatu istilah generik untuk merujuk kepada semua pandangan ilmu sosial yang menganggap kesadaran manusia dan makna subjektifnya sebagai fokus untuk memahami tindakan sosial. Bogdan dan Taylor mengemukakan bahwa dua pendekatan fenomenalogis adalah interaksionisme simbolik dan etnometodologi. Interaksionisme simbolik mewarisi tradisi dan posisi intelektual yang berkembang di Eropa pada abad 19. Sebagian pakar berpendapat teori interaksi simbolik khususnya dari george herbert mead, seperti teori etnometodologi dari Harold Garfinkel yang juga berpengaruh di Amerika, serta teori fenomenalogidari Alfred Schutz yang berpengaruh di Eropa, sebenarnya berada dibawah payung teori tindakan sosial yag dikemukakan filosof dan sekaligus ssiologi jerman, max weber ( 1864- 1920), meskipun weber bukan seorang interpretivis murni. Meskipun teori interaksi simbolik tidak sepenuhnya mengadopsi teori Weber namun pengaruh Weber cukup penting. Salah satu pandangan Weber yang dianggap relevan dengan pemikiran Mead, bahwa tindakan sosial bermakna jauh, berdasarkan makna subyektifnya yang diberikan individu-individu. Tindakan itu mempertimbangkan perilaku orang lain dan kerenanya diorientasikan dalam penampilan (Mulyana,2002).
Weber mendefinisikan tindakan sosial sebagai semua prilaku manusia ketika dan sejauh individu memberikan suatu makna subjektif terhadap perilaku tersebut. Bagi Weber, jelas bahwa tindakan manusia pada dasarnya bermakna, melibatkan penafsiran, berfikir, dan kesengajaan. Tindakan sosial baginya adalah tindakan yang disengaja, disengaja bagi orang lain dan bagi sang aktor sendiri, yang pikiran – pikirannya aktif menafsirkan perilaku orang lainnya, berkomunikasi satu sama lain, dan mengendalikan perilaku dirinya masing – masing sesuai dengan maksud komunikasinya. Paham ini menolak gagasan bahwa individu adalah organisme pasif yang perilakunya ditentukan oleh kekuatan – kekuatan atau struktur yang ada diluar dirinya. Oleh karena individu terus berubah maka masyarakatpun berubah melalui interaksi. Jadi interaksilah yang diangap variabel penting yang menetukan perilaku manusia, bukan struktur masyarakat.
Senada dengan asumsi diatas, dalam fenomenologi Schutz, pemahaman atas tindakan, ucapan dan interaksi merupakan persyaratan bagi eksistensi sosial siapa pun. Schutz yang pengikut Edmund Husserl namun menolak gagasan “ subjektivisme murni” gurunya tersebut menempatkan konsep  “intersubjektivitas” pada jantung teorinya, yang kemudian sangat berpengaruh.
Dalam pandangan schutz katagori pengetahuan pertama bersifat pribadi dan unik bagi setiap individu dalam interaksi tatap muka dengan orang lain. Katagori pengetahuan kedua adalah berbagi pengkhasan (typication) yang telah terbentuk dan dianut semua anggota budaya, terdiri dari mitos, pengetahuan budaya, dan akal sehat (common sense).
Akar teori interaksi simbolik
Dalam pengembangan pengetahuan, suatuteori model sering diilhami oleh teori atau model sebelumnya, meskipun teori yang muncul kemudian itu hingga derajat tertentu juga menampakkan orisinalitasnya. Dalam ilmu alam misalnya teori newton diilhami oleh rangkaian teori sebelumnya, seperti pandangan copernicus yang revolusioner, teori Galileo, pengamatan Tycho Brahe yang digarap Kepler. Begitupun dalam ilmu sosial, seperti teori interaksi simbolik. Banyak pakar setuju bahwa pemikiran George Herbert Mead, sebagai tokoh sentral teori ini, berlandaskan beberapa cabang filsapat antara lain pragmatisme dan behaviorisme.
Pragmatisme
Dirumuskan oleh John Dewey, William James, Charles Peire, dan Josiah Royce, aliran filsafat ini memiliki beberapa pandangan. Pertama, realitas yang sejati tidak pernah ada di dunia nyata, melainkan secara aktif diciptakan ketika kita bertindak di dan terhadap dunia. Kedua, kaum pragmatis juga percaya bahwa manusia mengigat dan melandaskan pengetahuan mereka tentang dunia pada apa yang terbukti berguna bagi mereka. Ketiga, mannusia mendefenisikan objek fisik dan objek sosial yang mereka temui berdasarkan kegunaannya bagi mereka, termasuk tujuan mereka. Keempat, bila kita ingin memahami orang yang melakukan tindakan (aktor), kita harus mendasarkan pengalaman itu pada apa yang sebenarnya mereka lakukan di dunia. Maka, yang terpenting untuk diamati adalah apa yang manusia lakukan dalam situasi  mereka yang sebenarnya, didalam kehidupan sehari – hari, bukan dalam laboratorium yang dibuat-buat.
Behaviorisme
Meskipun pandangan interaksi simbolik sangat berbeda dengan behaviorisme, pandangan mead dipengaruhi oleh paham tersebut. Mead setuju dengan behaviorisme dalam arti manusia harus dipahami berdasarkan apa yang mereka lakukan. Untuk membedakan dengan behaviorisme john b watson, tokoh utama behaviorisme, mead menyebut pandanganya sebagai behaviorisme sosial (social behaviorism). Menurut mead behaviorisme sosial  merujuk pada deskripsi perilaku pada tingkat yang khas manusia. Jadi, dalam pandangan behaviorisme sosial, konsep mendasarnya adalah tindakan sosial (social act), yang juga mempertimbangkan aspek tersembunyi perilaku manusia. Mead menganggap aktivitas tersembunyi ini justru yang membedakan perilaku manusia dengan hewan lebih rendah. Dapat disimpulkan bahwa mead memperluas teori behavioristik ini dengan memasukkan apa yang terjadi antara stimulus dan respons itu. Ia berhutang budi pada behaviorisme sekaligus memisahkan diri darinya, karena bagi mead manusia jauh lebih dinamis dan kreatif
Teori evolusi darwin
Teori lain yang diangap mempengaruhipandangan mead adalah teori Charles Darwin tentang evolusi.Dia sangat tekun dalam mempelajari dan mendalami pemikiran dari Charles Darwin, meskipun dia bukan termasuk darwinisme social yang mana merupakan unsur paling penting dalam perspektif ilmu sosial, tetapi Mead sangat mengagumi konsep tentang evolusi Darwin karena konsep tersebut dianggap Mead sebagai petunjuk dengan menekankan pada proses, perubahan, ketidakstabilan dan perkembangan sebagai esensi dari sebuah kehidupan social. Mead menerima prinsip Darwin bahwa organism terus menerus terlibat dalam usaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan lewat dari proses inilah karakter dari suatu organisme mengalami proses perubahan yang terus menerus atau dinamis. Pemikiran Mead tentang teori Darwin adalah bahwa pikiran atau kesadaran manusia sejalan dengan kerangka evolusi dari teori Darwin. Mead melihat bahwa pikiran manusia sebagai suatu hasil yang muncul melalui proses evolusi yang ilmiah dan pikiran tersebut akan terus berkembang sejalan dengan dinamika yang muncul serta prosedur yang telah dilewati.
Inti teori interaksi simbolik
Beberapa orang ilmuan punya andil utama sebagai perintis interaksionisme simbolik : James Mark Baldwin, William James, Charles Horton Cooley, John Dewey, William I. Thomas, dan George Herbert Mead. Akan tetapi dari semua itu, meadlah yang paling populer sebagai peletak dasar teori tersebut. Mead mengembangkan teori interaksi simbolik tahun 1920-an dan 1930-an ketika ia menjadi profesor filsafat di Universitas Chicago. Dikenal telah mengajar satu generasi ilmuan yang brilian dalam bidang mereka, mead menulis banyak artkel. Namun gagasan – gagasanna mengenai interaksi simbolik berkembang pesat setelah para mahasiswanya menerbitkan catatan – catatan dan kuliah – kuliahnya, terutama melalui buku yang menjadi rujukan utama teori interaksi simbolik, yakni mind, self and society ( 1934), yang terbit tak lama setelah mead meninggal dunia.
Esensi interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Blumer mengintegrasikan gagasan – gagasan interaksi simbolik lewat tulisannya, terutama pada tahun 1950-an dan 1960-an, diperkaya dengangagasan-gagasan dari John Dewey, William I Thomas, dan Charles H Cooley. Hal itu mereka lakukan lewat interpretasi dan penelitian – penelitian mereka untuk menerapkan konsep – konsep dalam teori mead tersebut.
Interaksi simbolik juga telah mengilhami perspektif – perspektif lain, seperti teori penjulukan (labeling theory) dalam studi tentang peyimpangan perilaku (deviance), perspektif dramaturgis dari Erving Goffman, dan etnometodologi dari Harold Garfinkel. Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Dalam pandangan yang ditegaskan blumer, proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan menegakkan aturan – aturan, bukan aturan  - aturan yang menciptakan dan menegakkan kehidupan kelompok. Menurut teori interaksi simboli, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol – simbol.
Secara ringkas interaksionisme simbolik didasarkan premis – premis berikut. Pertama, individu merespon suatu situasi simbolik. Mereka merespons lingkungan, termasuk objek fisik (benda) dan objek sosial ( perilaku manusia) berdasarkan makna yang dikandung komponen – komponen lingkunan tersebut bagi mereka. Kedua, makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan bahasa. Ketiga, makna yang diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perubahansituasi yang ditemukan dalam interaksi sosial.
George Ritzer meringkaskan teori interaksi simbolik kesalam pinsip – prinsip, sebagai berikut :
1.      Manusia, tidak seperti hewan lebih rendah, diberkahi dengan kemampuan berfikir
2.      Kemampuan berfikir itu dibentuk oleh interaksi sosial.
3.      Dalam interaksi sosial orang belajar makna dan simbol yang memungkinkan mereka menerapkan kemampuan khas mereka sebagai manusia, yakni berfikir
4.      Makna dan simbol memungkinkan orang melanjutkan tindakan (action) dan interaksi yang khas manusia.
5.      Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan interpretasi mereka atas situasi.
6.      Orang mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini karena, antara lain, kemampuan mereka berinteraksi dengan diri sendiri, yang memungkinkan mereka memeriksi tahapan – tahapan tindakan , menilai keuntungan dan kerugian relatif, dan kemudian memilih salah satunya.
7.      Pola – pola tindakan dan interaksi yang jalin – menjalin ini membentuk kelompok masyarakat.
Teori tentang “ diri” dari George Herbert Mead
Inti dari teori interaksi simbolik adalah teori tentang “ diri” (self) dari George Herbert Mead, yang juga dapat dilacak hingga ke definisi diri dari Charles H Cooley. Mead seperti juga Cooley menganggap bahwa konsepsi diri adalah suatu proses yang berasal dari interaksi sosial individu dengan orang lain.
Cooley mendefinisikan “diri” sebagai suatu yang dirujuk dalam pembicaraan biasa melalui kata ganti orang pertamatunggal, yaitu “aku” (I), “daku” ( me), “milikku” (mine), dan “dirku” (myself). Ia mengatakan bahwa segala sesuatu yang dikaitkan dengan diri menciptakan emosi yang lebih kuat daripada yang tidak dikaitkan dengan diri, bahwa diri dapat dikenal hanya melalui perasaan subjektif.
Sementara itu pandangan mead tentang diri terletak pada konsep “pengambilan peran orang lain” (taking the role of the other). Konsep mead tentang diri merupakan penjabaran “diri sosial” (social self) yang dikemukakan William James dan pengembangan dari teori Cooley tentang diri. Bagi mead dan pengikutnya, individu bersifat aktif, inovatif yang tidak saja tercipta secara sosial, namun juga menciptakan masyarakat baru yang perilakunya tidak dapat diramalkan. Dengan kata – kata Mary Jo Deegan, individu sediri yang mengontrol tindakan dan perilakunya, dan mekanisme kontrol tersebut terletak pada makna yang dikonstruksi secara sosial. Jadi sekali lagi , menurut penganut interaksionisme simbolik, perilaku manusia tidak diterministik, sebagimana yang dianut kaum positivis, perilaku adalah produk penafsiran individu atas objek disekitarnya.
Pentingnya Simbol dan Komunikasi
Mead menekankan pentingnya kkomunikasi, khususnya melalui isyarat vokal (bahasa), meskipun teorinya bersifat umum. Isyarat vokallah yang potensial menjadi seperangkat simbol yang membentuk bahasa. Simbol adalah suatu rangsangan yang mengandung makna dan nilai yang dipelajari bagi manusia, dan respons manusia terhadap simbol adalah dalam pengertian makna dan nilainya alih – alih dalam pengertian stimulasi fisik dari alat-alat indranya. Simbol disebut signifikan atau memiliki makna bila simbol itu membangkitkan pada indiividu yang menyampaikannya respons yang sama seperti yang juga akan muncul pada individu yang dituju.
Komunikasi melibatkan tidak hanya proses verbal yang berupa kata, frase atau kalimat yang diucapkan dan didengar, tetapi juga proses nonverbal. Proses nonverbal meliputi isyarat, ekspresi wajah,artefak,kontak mata, postur dan gerakan tubuh, sentuhan, pakain, diam, temporalitas, dan ciri paraliguistik. Manusia berinteraksi dengan cara berbeda. Konkretnya, menusia merespons tidak anya tindakan orang lain,  melainkan juga makna, motif dan maksud tindakan tersebut. Dengan kata lain, manusia harus mendefinisikan apa makna tindakan yang dihadapinya. Baik komunikator maupun pengamat terlebih dahulu harus mempelajari makna kata atau isyarat untuk berkomunikasi secara simbolik, sementara komunikasi secara alamiah berlngsung secara naluriah dan spontan.
Pikiran
Pengunaan bahasa atau isyarat simbolik oleh manusia dalam interaksi sosial mereka pada giirannya memunculkan pikiran (mind) dan diri (self). Hanya melalui penggunaan simbol yang signifikan, khususnya bahasa, pikiran itu muncul, semetara hewan lebih rendah tidak berfikir, karena mereka tidak berbahasa seperti bahasa manusia. Mead mendefinisikan berfikir(thinking) sebagai suatu percakapan terinternalisasikan atau implisit antara individu dengan dirinya sendiri dengan menggunakan isyarat demikian. Pikiran adalah mekanisme peunjukan diri (self-indication), untuk menunjukkan makna kepada diri sendiri dan kepada orang lain. Pikiran mengisyaratkan kapasitas dan sejauhmana manusia sadar akan diri mereka sendiri, siapa dan apa mereka, objek disekitar mereka dan makna objek tersebut bagi mereka. Mead juga melihat pkiran dengan cara yang pragmatik. Pikiran melibatkan proses berfikir yang diarahkan untuk memecahkan masalah. Dunia nyata penuhdengan problem – problem, dan fungsi pikiran adalah berusaha memecahkan problem – problem tersebut sehingga orang – orangdapat bekerja lebih efektif lagi di dunia.
Perkembangan “diri”
Sebagaimana pikiran berkembang, begitu juga diri (self), sejalan dengan sosialisasi individu dalam masyarakat. Diri merujuk pada kapasitas dan pengalaman yang memungkinkan manusia menjadi objek bagi diri mereka sendiri. Kemunculannya bergantung pada kemampuan individu untuk mengambil peran orang lain dalam lingkungan sosialnya. Perkembangan diri secara jelas dapat diamati pada anak – anak. Menurut Mead, perkembangan diri terdiri dari dua tahap umum yang ia sebut tahap permainan ( play stage) dan tahap pertandingan (game stage). Tahap permainan adalah perkembangan pengambilan peran bersifat elementer yang memungkinkan anak – anak melihat diri mereka sendiri dari perspektif orang lain yang diangap penting (significant others),khususnya orang tua mereka. Tahap pertandingan berasal dari proses pengambilan peran dan sikap orang lain secara umum ( generalized others), yaitu masyarakat umumnya.
Kritik atas teori interaksi simbolik
Teori Mead khususnya yang terkandung dalam bukunya, Mind, Self And Society, ( 1934), sangat sulit dipahami. Salah satu sebabnya, mungkin karena buku itu tidak ditulis oleh mead sendiri, melainkan oleh para mahasiswanya.selain itu faktor yang membuat teori Mead ini samar adalah pandangannya tentang perilaku manusia yang emergent, ang mau tidak mau memaksanya untuk merasa perlu menemukan keseimbangan kontinuitas perilaku hewan lebih rendah dan perilaku manusia di satu pihak dan kebaruan perilaku manusia di pihak lain.
Kritik lain adalah, seperti dikemukakan McCall dan Becker, bahwa interaksionisme simbolik terlalu menekankan aspek mikro masyarakat, interaksi tatap muka, alih – alih sifat struktural masyarakat. Suatu kritik lain datang dari Eugene Weisntein dan Judith Tanur yang menyatakan bahwa hanya karena isi kesadaran bersifat kualitatif, tidak berarti ekspresi luarnya tidak dapat di kode,diklasifikasikan, atau bahkan dihitung.
Contoh dari interaksi simbolik
Sebagai contoh dari interaksi simbolik yang terjadi di dalam masyarakat yaitu ketika kita bertannya kepada seseorang tentang suatu tempat yang akan kita kunjungi, maka orang tersebut akan memberitahukan arah yang harus kita tuju, baik secara verbal maupun secara nonverbal. Contoh secara verbal yaitu orang tersebut akan mengatakan kita harus menuju ke rah timur. Artinya arah timur yang dimaksud oleh orang yang meemberi stimulus tersebut dengan kita yang merespons memiliki citra yang sama yaitu arah terbitnya matahari. Selanjutnya contoh secara nonverbal yaitu orang tersebut selain mengatakan ke arah timur juga memberi tanda dengan tangannya dengan menunjuk ke arah yang dimaksud, menunjuk dengan tangan ini yang dimaksud dengan simbol komunikasi nonverbal yang fungsinya mempertegas simbol verbal tersebut.










      




Tidak ada komentar:

Posting Komentar