Konsep dan
pola kemitraan agribisnis
Undang-undang no 9 tahun 1995 yang berbunyi “ kerja sama
antar usaha kecil dan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai dengan
pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha
besar dengan memperhatian prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan
saling menguntungkan”. Konsep tersebut di perjelas dengan peraturan pemerintah
nomor 44 tahun 1997 yang menerangkan bahwa bentuk kemitraan yang ideal adalah
yang saling memperkuat , saling menguntungkan , dan saling mengidupi. Tujuan
kemitraan adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha,
meningkatkan kualitas sumber ddaya kelompok mitra, peningkatan skala usaha,
serta menumbuhkan dan meningkatkan usaha kelompok usaha mandiri.
Brinkerhoff
et al ( 1990) megatakan bahwa institusi adalah system. Kemitraan sebagai sebuah
system, harus memiliki unsure- unsure sebagai berikut:
1. Input(sumber daya), yaitu
material,uang ,manusia,informasi, dan pengetahuan merupakan hal yang didapat dari lingkungannya dan akan
memiliki kontribusi pada produksi output
2. Output, seperti produk
ddan pelayanan adalah hasil dari suatu kelompok atau organisasi
3. Teknologi , metode, dan
proses dalam transpormasi input menjadi output
4. Lingkungan yaitu keadaaan
disekitar kelompok mitra dan perusahaan
mitra yang dapat mempengaruhi jalannya
kemitraan
5. Keingian yaitu strategi ,
tujuan ,rencana dari pengambian keputusan
6. Perilaku dan proses yaitu
pola prilaku , hubungan antar kelompok atau organisasi dalam proses kemitraan
7. Budaya yaitu norma , kepercayaan ,dan nilai dalam kelompok
mitra
8. Struktur yaitu hubungan
antar individu , kelompok , dan unit yang lebih besar
Hubungan bisnis dalam kemitraan
Beberapa
peluang dari bisnis secara kemitraan dapat diperoleh melalui cara seagai
berikut :
1. Kerjasama pemasaran dan
penampungan produk usaha secara lebih jelas,pasti dan periodic
2. Kerja sama dalam bentuk
bantuan dana, teknologi, atau sarana lain yang diberikan perusahaan besar
3. Kerja sama untuk dapat
menghindar dari proses persaigan terrhadap produk yang sama antara pengusaha
kecil, menengah , atau besar
4. Kerja sama dengan berbagi
tugas antar masing – masing pengusaha sesuai dengan spesialisasi dan tugas
masig-masing dalam system bisniis yang berkesinambungan
Peluang pola
kemitraan usaha antara pengusaha kecil , menengah, dan besar dapat dijalankan
melalui bentuk – bentuk sebagai berikut:
1. Kontak bisnis. Dalam
bentuk ini interaksi dua unit usaha relative pasif tanpa harus ada perjanjian
formal yang mengikat dan bebas sanksi hokum. Contoh tukar menukar nformasi
pasar,bahan baku dan teknologi
2. Kontrak bisnis. Dua unit
usaha bersifat aktif dan sudah mencirikan adanya hubungan bisnis atau transaksi
dagang antar dua mitra usaha.
3. Kerja sama bisnis.
Huubungan bisnis bersifat aktif dan terdapat berbagai penanganan manajemen,
baik manajemen pemasaran , keuangan, maupun produksi.contoh join operation
bidang pemasaran, join venture bidang keuangan
4. Keterkaitan bisnis. Pihak
bisnis yang terlibat tetap memiliki kebebasan usaha , tetapi bersepakat untuk
melakukan engineering subcontract bukan
sub kontrak yang bersifat komersial dalm roses produksi. Percobaan
produksi, pelatihan , promosi
Keterkaitan
bisnis kemitraan dapat dilakukan dengan pertimbangan- pertimbangan sebagai
berikut:
1. Asa saling membutuhkan,
saling memperkuat, dan saling menguntungkan
2. Sasaran usaha diarahkan
pada peningkatan nilai tambah dan meningkatkan sumbangan yang lebiih besar bagi
pertumbuhan produksi nasional sesuai pasal 10 UU nomor 5 tahun 1984
3. Dimensi kemitraan usaha
sector industry yaitu hubungan vertical
antara kelompok industry hulu , hilir , dan industry kecil serta hubungan
horizontal antara bidang industry dengan bidang lainnya
4. Berdasarkan kegiatan
pembinaan pengusaha kecil oleh pengusaha menengah/besar yang dikenal dengan
system kerja sama kemitraan usaha basar-kecil
5. Pola hubungan bisnis yang
berbentuk subkontrk dapat berupa
pembuatan bahan untuk usaha skala besar kepada para pengusaha skala kecil
Berbagai pola kemmitraan agribisnis
Bentuk-
bentuk pola kemitraan antara lain:
1. Pola kemitraan inti plasma
Pola ini merupakan hubungan antara petani, kelompok
tani , atau kelompok mitra sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra
uasha. Perusahaan inti menyediakan lahan , sarana produksi , bimbingan teknis,
manajemen, menampung dan mengolah , serta memasarkan hasil produksi. Sementara
itu kelompok mitri bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan
persyeratan yang telah ditentukan.
Keunggulan system inti-plasma
·
Tercipta saling ketergantungan dan saling memperoleh keuntungan
·
Tercipta peningkatan usaha
·
Dapat mendorong perkembangan ekonomi
Kelemahan
system inti-plasma
·
Pihak plasma masih kurang memahami hak dan kewajibannya sehingga
kesepakatan yang telah ditetapkan berjalan kurang lancer.contoh produk plasma
sering tidak dijual ke prusahaan inti.
·
Komitmen perusahan inti masih lemah dalam memenuhi fungsi dan
kewajibannya sesuai dengan kesepakatan yang diharapkan plasma.
·
Belum ada kontrak kemitraan yang menjamin hak dan kewajiban
komoditas plasma sehingga terkadang perusahaan inti mempermainkan harga
komoditas plasma.
Solusi
·
Pemahaman tingkat ekonomi dan skala usaha
·
Kesepakatan atau perjanjian
·
Kemampuan investasi perusahaan inti
2. Pola kemitraan subkontrak
Keunggulan
Pola
subkontrak ditandai dengan adanya kesepakatan tentang kontrak bersama ang
mencakup,volume, harga , mutu, dan waktu.
Kelemahan
·
Hubungan subkontrak yang terjalin semakin lama semakin mengisolasi
produsen kecil dan mengarah ke monopoli atau monopsoni terutama dalam
penyediaan bahan baku serta dalam hal pemasaran
·
Berkurangnya nilai-nilai kemitraan kedua belah piahak
·
Control kualitas produk ketat tapi tidak diimbangi dengan system
pembayaran yang tepat
Solusi
·
Asosiasi kelompok mitra yang terdiri dari beberapa usaha kecil perlu
dikembangkan
·
Komponen – komponen kemitraan seperti pengembangan SDM, inovasi
teknologi,manajemen, dan permodalan harus diperthatikan
·
Menumbuhkan rasa saling percaya antara perusahaan mitra dengan
kelompok mitra dan sesame anggota kolompok mitra
3. Pola kemitraan dagang umum
Keunggulan
Kelompok mitra atau koperasi tani berperansebagai pemasok kebutuhan
yang diperlukan perusahaan mitra. Sementara itu perusahaan mitra memasarkan
produk mitra ke konsumen. Kondisi tersebut menguntungkan kelompok mitra karena
tidak perlu bersusah payah memasarkan hasil produknya sampai ke tangan konsumen
Kelemahan
·
Dalam praktiknya , harga dan volume produknya sering ditentukan
sepihak oleh pengusaha mitra sehingga merugikan pihak kelompok mitra
·
System perdagangan sering kali ditemukan berubah menjadi bentuk
konsiyansi.
Solusi
Perlunya
peningkatan komitmen perusahaan besar untuk menerapkan prinsip-prinsip bermitra
usaha
Mengembangkan
asosiasi kelompok mitra, contoh gapoktan
4. pola kemitraan keagenan
keunggulan
pola
ini memungkinkan dilaksanakan oleh para pengusaha kecil ang urang kuat modalnya
karena biasanya menggunakan system mirip konsinyasi
kelemahan
·
Usah kecil mitra menetapkan harga produk secara sepihak sehingga
harga menjad tinggi di tingkat konsumen
·
Usaha kecil sering memasarkan produk dari beberapa mitra usaha saja
sehingga kurang mampu membaca segmen pasar dan tidak memenuhi target
Solusi
Perlunya
peningkatan profesionalisme, kepiawaian dalam mencari pelangganserta memberikan
pelayanan yang memuaskan kepada konsumen
5. pola kemitraan kerja sama
operasional agribisnis (KOA)
keungulan
pola koa ini sama dengan keunggulan system inti-plasma. Pola ini banyak
ditemukan pada masyarakat pedesaan antara usaha kecil di desa dengan usaha
rumah tangga dalam bentuk bagi hasil
kelemahan
·
pengambilan untung olaeh perusahaan mitra yang menangani aspek
pemasaran dan pengolaan produk terlalu besar sehingga dirasakan kurang adil
oleh kelompok usaha kecil mitranya
·
perusahaan mitra cenderung monopsoni sehingga memperkecil keuntungan
yang diperoleh perusahaan kecil mitranya
·
belum ada pihak ketiga yang berperan efektif dalam memecahkan
permasalahan diatas
solusi
penyelesaian
humanistis dan kekeluargaan
strategi pengembangan kemitraan agribisnis masa depan
dampak
positif
1. adanya keterpaduaan dalam
system pembinaan yang saling mengisi antara materi pembinaan dengan kebutuhan
riil petani. Kondisi pembinaan yang yang dapat menimbulkan dampak positif
seperti.
·
Kepastian pemasaran
·
Komoditas yang bernilai tinggi
·
Budidaya yang berpedoman pada dasar ketepatan waktu, kontinuitas,
volume, dan mutu serta ketepatan ukuran, warna dan rasa
·
Kerja sama yang serasi antara pelaku agribisnis hulu dan hilir
·
Pegembagan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan riil
2. Adanya kejelasan aturan
dan kesepakatan sehingga menumbuhkan kepercayaan
dalam hubungan kemitraan bisnis yang aada
3. Adanya keterkaitan antar
pelaku dalam system agribisnis (hulu-hilir) yang mempunyaii komitmen terhadap
kesinambungan bisnis
Dalam keadaan bisnis yag bekesinambungan kedua belah pihak
mmengalami beberapa hal-hal positif antara lain:
·
Kesinambungan informasi baik di tinggkat hulu maupun hilir.
Informasi di tingkat hulu misalnya teknologi dan sarana yang sesuai untuk
menghasilkan produk yang berkualitas.
Informasi di tingkat hilir misalnya informasi tentang kebutuhan konsumen dan
kualitas produk yag dibutuhkan pasar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar